PANGANDARAN JAWA BARAT - Sering sekali Bus rombongan study tour sekolah mengalami kecelakaan maut hingga ribuan siswa telah meninggal dunia, namun pihak pemerintah cuek-cuek saja, seperti kecelakaan maut di hari sabtu tanggal 11 Mei 2024 malam...yang menimpa Bus rombongan SMK Lingga Kencana Depok,
di jalan raya Ciater Kabupaten Subang, Jawa Barat, mengakibatkan 16 orang meninggal dunia, 28 orang luka berat, dan 14 orang luka ringan.
Di Medsos berseliweran
Surat Edaran dari Gubernur Jawa Barat juga Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga tentang kegiatan study tour hingga diapresiasi oleh beberapa orangtua murid misal: yang di posting pada laman facebook Ajun Junaedi, Yudistira Aris, juga pada laman Sarjana Hukum dengan 18.205 komentar yang mayoritas komenya sama yaitu:
Mayoritas orang tua siswa minta study Tour ditiadakan, selain memberatkan orang tua siswa yang ekonominya paspasan..ya karna tidak bermanfaat buat siswa dan hanya dijadikan alat untuk piknik gratis juga objek pendapatan oleh para guru, padahal kegiatan Eskul Study Tour itu pungli terselubung.
Untuk kegiatan Eskul Study Tour memang sebelumnya ada rapat orang tua, tapi rapat itu hanyalah jebakan batmen semua hanyalah setingan yang berujung orang tua murid tidak punya pilihan "katanya"
Di tempat terpisah, Aas selaku orang tua wali murid menyampaikan, sebaiknya kegiatan Study Tour bisa dilaksanakan di dalam Kabupaten masing-masing atau tingkat Provinsi, yangmana dari ticketing bisa untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Itu alasan kenapa saya memberikan apresiasi terkait surat edaran yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan dan Gubernur Jawa Barat tersebut "ujar Aas".
Baca juga:
UKW Gate Tak Tersentuh Media Nasional
|
Menurutnya, kegiatan study tour itu tujuannya hanya piknik ke sejumlah destinasi yang ada di daerah tujuan. Kalau soal penjelasan yang menyangkut pengetahuan umum sebenarnya itu tugas guru di sekolah.
Misal kunjungan ke Cagar Budaya Candi Borobudur dan Candi Prambanan (siswa 2X di SD&SMP) dari hasil kunjungan tersebut pertanya'annya: apakah siswa diharap bisa membuat Candi berikut mengukirnya "Modus". Lihat di medsos berseliweran postingan para guru dengan pamer kemewahan dengan gaya seperti Pragawati....mana "Ing Madya Mangun Karso, Ing Ngarso Sung Tulodo, Tut Wuri Handayani., mu, hey guru".
Padahal, jika hanya untuk pengenalan cagar budaya, bisa saja menggunakan "alat peraga" kan sama saja misal, menjelaskan nama-nama Menteri, Raja-Raja pra sejarah berikut nama-nama destinasi wisata Cagar Budaya yang ada di Indonesia.
Di jaman digitalisasi seperti sekarang ini Kurikulum pendidikan harus sudah disesuaikan, jika tidak hanya pembodohan...ya karena yang paling mendasar di sekolah anak belajar Moral dan Agama, rumus matematika, pinter baca, dan tahu ilmu pengetahuan umum yang kejuruannya nanti melanjutkan di universitas ataupun perguruan tinggi "kata Aas". (**)